Kalau seorang Jimmy Donaldson alias MrBeast sudah angkat bicara, dunia kreator pasti menoleh. Pria dengan pendapatan USD 85 juta ini, atau sekitar Rp1,4 triliun menurut Forbes 2025, tiba-tiba menyebut situasi saat ini sebagai “masa-masa yang menakutkan”. Penyebabnya satu: kecerdasan buatan atau AI.
Bayangkan saja, seorang raksasa Youtube dengan penghasilan selangit merasa khawatir. Lalu bagaimana nasib kreator-kreator kecil yang baru merintis? Inilah yang jadi pokok permasalahannya. Diungkap brilio.net dari BBC, Jumat (10/10) MrBeast secara terbuka bertanya-tanya, apa jadinya nasib jutaan kreator jika video buatan AI sudah bisa menyaingi karya manusia.
Jadi, Apa Sebenarnya “AI Slop” Itu?
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Belakangan, muncul berbagai tools AI canggih seperti Sora 2 dari OpenAI. Bahkan ada aplikasi mirip TikTok yang bisa membuat video AI dalam sekejap, yang saking viralnya langsung jadi nomor satu di App Store AS. Youtube sendiri punya model Veo untuk membuat video dari foto.
Nah, dari sinilah muncul istilah “slop”. Banyak penonton merasa video-video buatan AI ini terasa “datar atau tidak bernyawa”. Konten yang diproduksi massal, tanpa sentuhan personal, dan terasa seperti sampah digital yang memenuhi feed. Inilah yang disebut “AI slop”. Konten yang mungkin terlihat bagus secara teknis, tapi tidak punya ‘rasa’.
Jika kreator sekelas MrBeast saja cemas, bisa dibayangkan kreator kecil merasakan ketakutan yang jauh lebih besar. Mereka harus bersaing dengan konten yang bisa dibuat dalam hitungan menit, sementara karya orisinal butuh riset, keringat, dan ide cemerlang.
Uniknya, MrBeast sendiri punya hubungan yang rumit dengan AI. Ia pernah kena kritik pedas setelah merilis tools pembuat thumbnail berbasis AI di platform analitik miliknya, Viewstats. Setelah dihujat, fitur itu langsung dihapus dan diganti janji untuk mempromosikan seniman manusia.
Di sisi lain, badan filantropinya juga dilaporkan pernah berinvestasi di bidang AI. Ini menunjukkan betapa peliknya posisi para kreator sekarang. Di satu sisi khawatir, di sisi lain ikut memanfaatkan teknologinya untuk berkembang.
Pada akhirnya, perdebatan masih panas. Ada yang bilang AI bisa membuka pintu bagi siapa saja untuk jadi kreator. Tapi banyak juga yang yakin, karya terbaik tetap butuh sentuhan ajaib dari ide dan kreativitas manusia. Satu hal yang pasti, jika nanti AI makin canggih sampai sulit dibedakan, kreator yang memakainya diam-diam bisa kehilangan kepercayaan penonton. Reputasi yang dibangun susah payah bisa hancur seketika.